Tuesday, September 6, 2011

Bohol dan Panglao Tours

Mengisi liburan panjang hari raya idul fitri 1432 H, d'clickers & keluarga melakukan petualangan di daerah Bohol dan Panglao tours di Philipines. Walaupun di daerah Central Luzon di hujani dengan typhon sebelum kami berangkat, tidak menyurutkan kami untuk ke Bohol. Hujan deras menyertai perjalanan kami ke bandara Ninoy Aquino. Bersyukur saat boarding dan take off hujan reda dan mentari mulai bersinar lagi.
Kurang lebih satu jam sepuluh menit, akhirnya kami sampai di bandara udara Tagbilaran. Bandara Tagbilaran merupakan bandara kecil yang hanya mempunyai panjang landasan 1,7 KM. Melayani penerbangan tiap hari untuk Cebu Pacific, Zest Air, Philippine Airlines dari Manila ke Tagbilaran dan sebaliknya.
Dari Bandara kami menuju ke Bohol Tropic Hotel, setelah beristirahat sebentar untuk melepaskan lelah, ternyata putra putri kami tidak sabar untuk segera berenang dikolam renang hotel.
Hari kedua petualangan kami diawali di Chocolate Hills Setelah menempuh kurang lebih satu jam perjalanan darat dengan van yang kami sewa, akhirnya kami tiba di Chocolate Hills yang merupakan obyek wisata terkenal di Bohol. Chocolate Hills merupakan bukit-bukit kecil dengan ketinggian 30 - 50meter dan tertutup dengan rimbunan rumput hijau, kelihatan coklat ketika musim panas karena itu orang menamakannya chocolate hills. Untuk lebih jelasnya bisa langsung dilihat penampakannya seperti gambar dibawah:
Para ahli geologist telah lama memperdebatkan tentang bagaimana terbentuknya chocolate hills,tetapi teori yang paling umum dan bisa diterima adalah seperti yang tercantum dalam plakat perunggu di pengamatan puncak bukit.
Dimana teori tersebut mengatakan bahwa cuaca telah membentuk Chocolate Hills yang tersusun dari jenis batu kapur laut diatas lapisan tanah liat yang kedap. Ada dua cerita legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya chocolate hills. 1.>Dua Orang Raksasa Chocholate Hills terbentuk karena dulu kala ada dua orang raksasa yang bertengkar selama berhari-hari dan saling melempar batu dan pasir satu sama lain yang akhirnya mereka berbaikan dan pergi ke tempat lain. 2.>Arogo dan Aloya Cerita legenda tentang kisah cinta sepasang raksasa, dimana pemuda yang bernama Arogo jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Aloya.Dan dalam perjalanan kisah cinta tersebut Aloya akhirnya meninggal,ketika Arogo diberitahu bahwa kekasihnya meninggal maka Arogo sedih dan menanggis tersedu-sedu hingga air matanya bercucuran dan berubah menjadi bukit-bukit. Sebagai bukti abadi kesedihannya.
Petualangan berikutnya Suaka Alam Tarsier
Tarsier merupakan primata terkecil didunia, anak saya menyebutnya dengan monyet kecil karena besar tubuhnya ngak lebih dari segenggaman telapak tangan orang dewasa beratnya hanya sekitar 113-142 gram. Ciri fisik utamanya adalah matanya yang besar dan telinga yang lebar,tarsier bisa mengerakkan kepalanya 180 derajat seperti burung hantu.
Hampir sepanjang hari tarsier hanya bergantung pada ranting dan tidur.Luas hutan suaka tarsier ini kurang lebih 134 hectare dengan populasi jumlah tersier kurang lebih 500 tersier tersebar dalam kelompok-kelompok kecil. Di hutan suaka tersier ini kita bisa menjelajahinya dengan hiking dari Corella hingga sampai Loboc River dan Gereja Loboc. Selain menjumpai tarsier kita juga bisa membeli berbagai cinderamata mulai dari gantungan kunci,tas,gelang,hingga yang terbesar patung yang bertemakan tarsier.
Pemberhentian Selanjutnya Jembatan Bambu di Candijay Hutan Bakau
Jembatan dari bambu sepanjang kurang lebih 10meter ini menghubungkan jalan raya Panadtaran menuju rimbunnya hutan bakau.Lokasi ini kurang lebih 92 Km dari Tagbilaran. Melewati jembatan bambu ini kita diingatkan pada kehidupan tradisional masa lalu, dimana ketika kita melewati jembatan ini maka seluruh jembatan akan bergetar kalau kita berjalan cepat.
Saya teringat film Naga Bonar ketika melintasi jembatan bambu ini dan teringat pula zaman kemerdekaan dimana begitu pentingnya arti sebuah jembatan, hingga banyak jembatan diruntuhkan oleh para pejuang untuk menyelamatkan diri dari gempuran penjajah. bersambung...

No comments:

Post a Comment