Thursday, December 1, 2011

INDONESIA WILL RULE THE WORLD!!"

D Cerita mahasiswa
Indonesia di
Aussie. Nyataa... Suatu pagi, kami
menjemput
... seseorang klien di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60
tahun. Si bapak adalah pengusaha
asal Singapura,
dengan logat bicara gaya melayu
dan english, beliau menceritakan
pengalaman-pengalaman hidupnya kepada kami yang
masih muda. Beliau berkata, "Your
country is
so rich!" Ah, biasa banget denger
kata-kata itu. Tapi tunggu dulu.
"Indonesia doesn't need the world, but the world needs
Indonesia," lanjutnya. "Everything
can be found here in
Indonesia. You don't need the
world." Mudah saja, Indonesia
paru-paru dunia. Tebang saja hutan di
Kalimantan, dunia pasti kiamat.
Dunia yang butuh Indonesia!
"Singapura is nothing, we can't
be rich without Indonesia."
"500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura tiap bulan. Bisa
terbayang uang yang masuk ke
kami, apartemen-apartemen
terbaru kami yang beli orang-
orang Indonesia, tidak peduli
harganya selangit, tetapi laku keras. Lihatlah rumah sakit kami,
orang
Indonesia semua yang berobat.
Lalu, kalian tahu bagaimana
kalapnya pemerintah kami ketika
asap hutan Indonesia masuk? Ya, benar-benar panik. Sangat terasa,
we are
nothing. Kalian tahu kan kalo
Agustus
kemarin dunia krisis beras,
termasuk di Singapura dan Malaysia? Kalian di Indonesia
dengan mudah mendapatkan
beras. Lihatlah negara kalian, air
bersih
di mana-mana, lihatlah negara
kami, air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya ke Kalimantan
pun dalam
rangka bisnis, karena pasirnya
mengandung
permata. Terlihat glitter saat
matahari bersinar. Penambang menjual hanya Rp 3000/
kg, untuk kemudian dijual ke
pabrik china. Si pabrik menjual
kembali seharga Rp 30.000/kg.
Saya lihat ini sebagai peluang.
Kalian sadar tidak kalau negara- negara lain selalu takut meng-
embargo Indonesia? Ya, karena
negara kalian memiliki segalanya.
Mereka takut kalau kalian menjadi
mandiri, oleh sebab itu tidak
diembargo. Harusnya KALIANLAH YG MENG-
EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI!
Belilah pangan dari petani-petani
kita sendiri, belilah tekstil
garmen dari pabrik-pabrik
sendiri. Tidak perlu impor klo bisa memproduksi sendiri. Jika kalian
bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO
DIRI SENDIRI,
INDONESIA WILL RULE THEWORLD!!" Please share ya biar
sampe ke seluruh bangsa Indonesia... #
 http://Survey-Faq.com?ref=2402246

Wednesday, November 30, 2011

HambaMU yang Miskin Harta tapi Dia Kaya Iman

Kisah ini terjadi ± tahun 1995, sudah cukup lama memang, namun
setiap ingin memasuki I’dul Adha saya selalu teringat dengan kejadian
yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah
melupakannya.

Awalnya saat saya sedang menjajakan
dagangan bersama teman (kami berempat waktu itu), kami mengeluh karena
sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang terjual, tidak seperti
tahun sebelumnya,
biasanya sudah puluhan ekor laku terjual dan hari raya sudah didepan
mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup gelisah waktu itu. Ketika sedang
berbincang salah
seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dan saya pun bersama
teman saya berangkat menuju masjid yang kebetulan dekat dengan tempat
kami berjualan.
Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan zikir dan doa.
Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk dagangan saya agar Allah
memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya laku/ habis terjual.


Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat
kami jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak
sekali orang disana dan terlihat teman kami yang berada disana
kesibukan demi melayani calon pembeli. Akhirnya saya dan teman saya
berlari untuk cepat membantu melayani teman kami. Alhamdulillah
pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor kambing. “Terima
kasih Ya Robb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami”, Syukur
saya dalam hati.

Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat seorang ibu-ibu sedang memperhatikan
dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah lama berada disitu, pada saat
kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanya memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya “Ibu itu mau beli ya ? dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya ?, sepertinya
dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi
nunggu bus kali. Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari
pakaiannya sepertinya gak akan beli ( mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya) kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban.

Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. “Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu ?”. Tanpa menjawab pertanyaan
saya, ibu itu langsung menunjuk, “Kalau yang itu berapa bang ?” Ibu itu
menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang
itu harganya Rp. 600.000,- bu, jawab saya. Harga pasnya berapa bang ?,
gak usah tawar lagi ya bu… Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya
memang dari harga segitu keuntungan
saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. “Uang saya Cuma ada 450
ribu, boleh gak”. Waduh… saya bingung, karena itu harga modal kami,
akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. “Biarlah mungkin ini
jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari
penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban”.
Sepakat kami berempat. “Tapi bawa sendiri ya.. ?” akhirnya si ibu tadi
bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia
yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu
langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.

Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallah….. Astaghfirullaah….. Allahu Akbar, merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat keadaan rumah ibu tsb.


Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu
orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari
kawat. Saya tidak melihat tempat tidur/
kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. Diatas dipan
sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam
kondisi sakit. “Mak … bangun mak, nih liat Sumi bawa apa” (oh ternyata
ibu ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar.
“Ini ibu saya bang” ibu itu mengenalkan
orang tuanya kepada saya. Mak Sumi udah beliin kambing buat emak
qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget namun dari
wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, Allahu Akbar, Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.


“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya
kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya
niatkan buat qurban ibu saya. Aduh GUSTI……. Ampuni dosa hamba, hamba
malu berhadapan
dengan hambaMU yang satu ini. HambaMU yang Miskin Harta tapi dia kaya
Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar niat dari ibu ini.
Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi berlama- lama berada disitu. Saya
langsung pamit meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga.

“Bang nih ongkos bajajnya.!,
panggil si Ibu, “sudah bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah,
karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan saya dengan hambaNYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.

http://Survey-Faq.com?ref=2402246

Dikisahkan oleh Muhamad Taufiq Asgar

Wednesday, November 23, 2011

Hidup Adalah Proyek Yang Kau Kerjakan Sendiri

Seorang tukang kayu yang sudah tua dan tidak lagi mampu bekerja karena alasan fisik, bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tidak lagi bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya untuk menghidupi keluarganya. Namun keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan persaan malas dan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Dan saat membangun rumah pesanan majikannya itu, ia menggunakan bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah dengan kualitas yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.
Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Friday, November 18, 2011

Berdoalah Dengan Doa Yang Mengancam

Saat itu, disebuah gurun pasir yang gersang lagi panas dimana yang tumbuh hanya pohon-pohon kecil berduri, selaksa pasukan dengan senjata lengkap siap melumat 313 orang dengan peralatan seadanya.
 
Sebuah perang besar yang menjadi titik tolak kebangkitan umat Islam segera akan terjadi. sementara itu, di dalam sebuah tenda kecil, sang pemimpin agung itu tampak begitu khusyuk berdoa,” Ya Alloh, jika Engkau tidak menolong kami, maka engkau tidak akan disembah selamanya, kecuali jika engkau berkehendak untuk tidak disembah selamanya.” Doa ini begitu tulus, mengalir dengan ikhlas dari sela-sela bibir mulia junjungan Nabiyullah Muhammad Saw dibarengi dengan isak tangis yang menggetarkan jiwa. Doa ini begitu mengancam namun lahir dari gemuruh keimanan yang kokoh sehingga  Sahabat sekaligus mertua beliau, Abu Bakar Ash Shidiq menghampiri beliau lalu berkata,” sudahlah wahai Rasulullah, aku yakin Allah tidak akan pernah mengingkari janjiNya.”
 
Doa yang diutarakan dengan landasan keimanan dan perasaan akan kelemahan diri dari sang Nabi ini langsung mengguncang Arsy. Tidak ada nada kesombongan dalam doa itu, tidak ada aroma su’ul adab yang tergambar dari rintihan itu. Doa itu beliau panjatkan sebagai wujud betapa butuhnya beliau akan intervensi Tuhannya, Allah Rabbul Izzah. Beliau merasa bahwa usaha beliau dengan segenap pasukannya yang berjumlah 313 itu tidak akan pernah berhasil tanpa campur tangan Allah. Dan Allahpun merespon permohonan Nabi terkasihnya tersebut dengan mengirimkan 5000 pasukan langit untuk membantu kaum muslimin yang berperang demi agamanya.
 
Sering kali kita begitu mengabaikan dan meremehkan kekuatan doa. Doa hanyalah dianggap sebagai pelengkap kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukannya, dan biasa dilantunkan dengan tanpa makna. Padahal doa adalah bagian dari ikhtiyar yang terpenting. Bahkan profesor Quraish Shihab pernah menyampaikan bahwa doa adalah wujud pengakuan dari kedhoifan  kita sekaligus pengakuan akan kemahaan Allah, apabila kita melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi dengan permohonan tulus kepada Allah, maka Allah akan membantu pekerjaan kita, dan setiap pekerjaan yang dibantu oleh Allah, maka hasilnya pasti maksimal.
 
Berdoalah……bermohonlah kepada Allah, Rabb kita dengan doa yang mengancam yang lahir dari gelora iman, bukan doa yang menantang sebagaimana pernah dilakukan oleh Abu Jahl ketika berseru dengan pongahnya,” Ya Allah, jika Muhammad memang benar, hujanilah kami dengan batu dari langit.”
 
Semoga Allah selalu mengijabah doa-doa kita Amiin.

Wednesday, October 12, 2011

Kuasai, Jangan Cintai


Kuasai, jangan cintai. Demi kianlah semestinya umat Islam memperlakukan dunia dan seisinya. Sebab, Islam bukan ajaran yang bersifat dikotomi. Di ma na untuk meraih rida Tuhan harus bersikap antidunia dan melulu meng isi waktu dengan ibadah ritual semata.
Justru Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk tampil ke gelanggang, mengatur dunia (menguasai) de ngan berpedoman dan berprinsip pada aturan main Tuhan (syariah). Seperti itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Seperti kita ketahui dalam sejarah peradaban Islam, hampir semua sektor kehidupan dikuasai oleh umat Islam. Sebut saja sektor ekonomi, yang kini menjadi sektor utama dalam kehidupan kita. Beberapa saat setibanya di Kota Madinah, Abdurrahman bin Auf langsung menuju pasar dan berniaga di dalamnya.
Dalam beberapa tempo yang tidak begitu lama, Abdurrahman bin Auf telah menguasai pasar Madinah yang sebelumnya dikuasai oleh Yahudi. Artinya, dengan spirit iman, Abdurrahman bin Auf mampu menguasai sektor ekonomi yang dengan cara seperti itu, ia bisa berkontribusi harta dalam perjuangan jihad fisabilillah.
Akhirnya, Abdurrahman bin Auf menjadi saudagar yang sangat kaya pada zamannya. Sampai-sampai ia pernah berinfak kepada umat Islam sekitar tujuh ratus ekor unta beserta seluruh muatannya.
Namun, Abdurrahman bin Auf tidak sama dengan Tsa’la bah, yang jadi kufur karena dunia. Awalnya Tsa’labah hidup miskin, kemudian sukses dengan usaha ternak kambingnya, lalu menjadi angkuh dan sombong karena kekayaannya. Bahkan, ia berani menolak membayar zakat.
Beberapa abad sebelum Abdurrahman bin Auf, di zaman Nabi Musa hidup seorang saudagar yang sangat kaya raya, Qarun namanya. Kunci gudang harta kekayaannya saja memer lukan satu ekor unta untuk meng angkatnya.
Tetapi, Qarun bukan saudagar yang beriman, ia angkuh lagi sombong. Maka, ketika ia berbuat se perti itu dan menolak mengakui keberadaan Allah SWT yang Mahakaya, lalu mengklaim bahwa apa yang dimilikinya itu sebagai hasil murni kepandaiannya. Allah pun menenggelamkan Qarun ke dalam bumi beserta seluruh harta kekayaannya.
Dunia adalah sarana menuju akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi …” (QS 28: 77).
Jadi, Muslim yang baik adalah yang mampu menguasai dunia untuk agama dan akhiratnya. Bukan untuk diri dan keluarganya semata. Lihatlah bagaimana Rasulullah juga ahli dalam dunia bisnis dan niaga. Juga perhatikanlah bagaimana Sayidina Ali dalam perang, namun juga paling tekun dalam ibadah.
Perhatikan pula bagaimana para nabi yang lain juga ahli dalam bidang keduniaan. Nabi Daud ahli metalurgi, Nabi Nuh ahli perkapalan, Nabi Musa ahli peternakan, dan Nabi Isa ahli pengobatan serta Nabi Yusuf ahli perekonomian.
Semua ini menunjukkan bahwa umat Islam harus unggul di segala bidang dengan tetap menjadikan akhirat sebagai orientasi utama bukan dunia yang diutamakan, apalagi dikuasai untuk dicintai. Wallahu a'lam.


Oleh Dr Abdul Mannan

Vanni, 'Anak Band' Filipina Yang Jatuh Hati Pada Islam


MANILA - Ia minta dipanggil Vanni saja. Usianya kini 29 tahun. Sejak kecil, ia menjadi anggota tetap paduan suara di gerejanya, menjadi anggota Parish Youth Ministry, dan kemudian bermusik.
Menginjak remaja, lajang yang kini tinggal di Manila ini bercita-cita menjadi pastor. Ia giat mendalami agama dan banyak berdiskusi dengan pastor senior, antara lain Pastor Benjie. Dari dia pula, ia mengenal Islam pertama kalinya. "Bapa  Benjie menceritakan bahwa dalam Islam memuliakan Yesus dan juga ibunya, maria," ujarnya.
Menjelang lulus sekolah menengah, ia semakin banyak menghabiskan waktu di gereja. Ia bulat bercita-cita sebagai pelayan Tuhan.
Namun, ia mengaku, tanda tanya muncul kemudian. "Mengapa dalam kepercayaan Katolik dan juga Kristen, kami lebih banyak bicara soal Yesus? Mengapa bukan Yaweh, Sang pencipta?" ujarnya. Ia berhenti bertanya karena tak ada jawaban yang memuaskannya.
Suatu hari, ia terlibat pembicaraan dengan drummer di band yang dipimpinnya. Sang drummer baru balik Islam, bahasa Filipina untuk orang yang memasuki agama Islam. "Saya tertawa ketika dia bilang alasan kepindahan keyakinannya karena dia mulai kehilangan kepercayaan pada Yesus," ujarnya.
Sang teman, tak menceritakan lebih jauh soal itu, dengan alasan beragama adalah soal keyakinan pribadi.
Vanni yang penasaran, mencari jawabannya sendiri. ia meminjam buku-buku keislaman dari pegawainya yang beragama Islam. Ia juga membeli dua buku yang menurutnya 'sangat mencerahkan', yaitu Christ in Islamkarya Shaykh Deedat dan Islam in Focus, karya Hammudah Abdalati.

Seumur hidupnya bertanya soal Tuhan, baru dalam buku itulah ia menemukan jawaban. Ia makin giat menggali kandungan Islam. Hingga di satu titik, ia berpendapat sama dengan temannya yang lebih dulu berislam.
Ibunya berduka saat ia mengemukakan keinginannya untuk masuk Islam. Teman-temannya juga mencemoohnya. Bahkan, utusan gereja dikirim padanya khusus untuk menyadarkannya. "Namun saya bilang pada mereka, 'Jika kalian bisa menjawab dengan memuaskan pertanyaan saya, maka saya akan menghentikan niat saya'," ujarnya. Mereka semua menggeleng dan pulang.
Apa yang ditanyakannya? Vanni hanya melontarkan satu pertanyaan, "Apakah Yesus pernah mengklaim dirinya Tuhan di hadapan para jamaahnya?"
Ia bulat berislam. Demi menghindari gejolak, ia terbang ke Dubai, menemui sepupunya yang telah lebih dulu menjadi Muslim. Di kota itu, ia bersyahadat di depan ulama setempat yang berdarah Filipina.
"Saya berislam tanggal 23 Mei 2008 setelah hampir setahun persis saya mempelajari Islam," katanya, yang mengaku masih belajar Islam antara lain melalui situs Islamweb.net.

dikutip dari republika.co.id

Wednesday, September 21, 2011

Muadz bin Jabal: Dai Muda yang Kaya Raya dan Lembut Hati


Muadz bin Jabal dai muda yang kaya raya dan lembut hati adalah seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua. Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh banyak sahabat, tak terkecuali sang pemimpin Rasulullah SAW yang memberikan testimoni menyejarah : “sepandai-pandainya umatku dalam masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”,  bahkan di riwayat yang lain disebutkan Muadz adalah pemimpin para ulama di akhirat nanti.
Karena kefaqihannya inilah Muadz pun dipercaya menjadi duta dakwah di Yaman. Sebuah amanah dan tugas berat menanti di sana, menyebarkan Islam dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Tak heran jika di awal keberangkatan Muadz ke Yaman, serangkaian fit and proper test pun dijalankan oleh Rasulullah SAW. Maka ketika Muadz sukses menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan begitu cerdas dan elegan, wajah Rasulullah SAW pun berseri-seri dan bertutur lugas : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah . . . .”
Di Yaman selain berdakwah menyebarkan dan mengajarkan Islam, Muadz bin Jabal juga berdagang sebagaimana para sahabat lainnya. Karena kepandaian dan ketekunannya pulalah, maka ia berhasil meningkatkan omset dagangnya dan berubah menjadi pribadi yang kaya raya, santun dan faqih. Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu’adz masih berada di Yaman. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Madinah, dan di awal kedatangannya terjadi sebuah kisah indah penuh ukhuwah antara Muadz, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Saat Muadz datang dari Yaman, Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya. Kekayaan pribadinya meningkat tajam dari beberapa tahun sebelumnya. Seperti biasa, ketegasan dan kewaspadaan ala Umar bin Khaththab berjalan, beliau sebagai penasehat khalifah segera mengusulkan kepada Abu Bakar agar membagi dua kekayaan Muadz dan menyerahkannya kepada negara, sebagai bentuk kehati-hatian sebagai pengelola negara. Abu Bakar tidak segera menyetujui usulan dari Umar, namun tanpa menunggu persetujuan Abu Bakar, secara pribadi Umar bersegera mendatangi Muadz untuk datang sebagai sahabat.
Mu’adz bin Jabal sebagaimana kita ketahui dalam testimoni Rasulullah SAW, adalah orang yang paham tentang halal dan haram. Termasuk halal dan haram dalam transaksi dan perdagangan. Ia tidak mengenal bertransaksi dengan unsur maysir (spekulasi), ghoror (tipuan), gheis (curang) apalagi ikhtikar (menimbun barang) dan riba. Kekayaan yang didapat pun tak lebih dari buah ketekunan dan kecerdasan, yang mendapatkan taufiq dari ar-rozzaq Allah SWT, jauh dari segala syubhat apalagi yang haram.
Maka ketika Umar datang ke rumahnya dan mengemukakan usulannya untuk membagi dua harta tersebut, Muadz pun menolak dengan argumen yang cerdas dan hujjah yang kuat.  Diskusi hangat dua sahabat mulia itu pun berakhir dan Umar berpamitan meninggalkannya. Sungguh ia tidak hasad dan iri dengan kekayaan Muadz, tidak pula ia menuduh Muadz bermaksiat dengan mencari jalan haram dalam menumpuk kekayaan, namun ia hanya takut karena saat itu Islam sedang mengalami kejayaan dan kegemilangan, di luar sana banyak tokoh-tokoh yang memanfaatkan hal tersebut dengan bergelimang harta tanpa kejelasan sumber halalnya. Inilah yang ditakuti Umar, tidak lebih.
Namun uniknya, pagi-pagi sekali keesokan harinya Mu’adz bin Jabal terlihat segera bertandang ke rumah Umar. Apa yang dilakukan Muadz setelah apa yang terjadi pada hari sebelumnya? Sungguh pemandangan ukhuwah yang indah tak tergambarkan.  Sampai di sana, Muadz segera merangkul Umar dan memeluknya kuat, bahkan air mata Muadz pun mengalir dan terisak menceritakan mimpinya tadi malam yang begitu kuat mengingatkannya.
“Wahai Umar, malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang, dan menyelamatkan saya . . . . !”
Nampaknya mimpi tersebut membuat Muadz ingin segera menuruti usulan Umar bin Khaththab untuk membagi dua harta kekayaannya yang diperoleh dari Yaman.  Maka keduanya pun segera menghadap Abu Bakar, dan Mu’adz pun mengutarakan niatnya, meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.
Namun apa jawab khalifah Abu Bakar yang mulia? Khalifah yang timbangan imannya tak tertandingi oleh penghuni bumi ini menolak dengan tegas, ia mengatakan : “Tidak satupun yang akan saya ambil darimu”.  Abu Bakar tahu dan yakin bahwa Muadz memperoleh kekayaan dari jalan yang baik, maka ia tidak ingin mengambil satu dirham pun dari harta sahabatnya tersebut, yang itu berarti kezhaliman dan akan berbuah kehinaan di akhirat.
Muadz belum puas dengan jawaban sang khalifah, ia pun menoleh dan meminta pendapat Umar bin Khaththab, ia teringat dengan mimpinya semalam yang begitu mendebarkan. Apa komentar Umar sebagai pihak yang mengawali usulan pembagian harta tersebut, ia berujar singkat : “ Cukup .. sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik”.  Subhanallah, kegelisahan pun berakhir dengan kehangatan ukhuwah dan kemuliaan iman.
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian dan masalah, mari kita ambil inspirasi dan semangat dari kisah di atas yang melibatkan tiga sahabat yang mulia :
Pertama : Sosok Muadz yang cerdas dan santun. Dengan kesungguhannya ia bisa memperoleh kekayaan yang luar biasa di usia muda ( beliau meninggal usia 33 tahun di masa Umar), dari jalan yang halal dan jauh dari syubhat. Meski demikian, beliau seorang yang lembut hatinya dan perasa, sebuah mimpi di malam hari mampu membuatnya berubah dari sikap teguh pendiriannya atas usulan Umar.
Kedua : Abu Bakar memberikan contoh pada kita tentang kebijaksanaan dan kecermatan dalam berfikir. Tidak tergesa bersikap meski terlihat penuh kemaslahatan. Beliau juga tegas menolak segala tawaran dan kebijakan yang bernuansa kezhaliman.
Ketiga : Umar adalah teladan dalam sikap waro, kehati-hatian dan mawas diri, sekaligus ketegasan yang luar biasa. Dialah sosok yang terlihat angkuh di hadapan kekayaan sebagian sahabat. Para panglima perang yang bertaburkan kemenangan dan pakaian nan indah pun dihinakan oleh Umar dengan lemparan kerikil di wajah mereka. Dia adalah negarawan yang cerdas dan teliti melihat kepiawaian para aparat di bawahnya.
Tidak ada lagi kalimat yang tersisa kecuali mari segera berusaha mencontohnya.
Semoga bermanfaat dan salam optimis. 

Kunci Rumah Tangga Harmonis


Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi.
Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.
Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.
Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.
Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga.keempat kunci rumah tangga harmonis itu adalah:
1. Jangan melihat ke belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
2. Berpikir objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.
Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.
Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.
3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.
Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
4. Sertakan sakralitas berumah tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!

Thursday, September 15, 2011

Beberapa Fakta Tentang Tokoh Kehidupan Sebagai Ayah

Sosok seorang ayah biasanya identik dengan tegas,disiplin,keras demi mendidik anaknya untuk sukses di hari depannya yang biasanya tidak disukai oleh anak ketika sang anak masih kecil, tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan sang anak mulai tumbuh dewasa barulah dia menyadari betapa penting dan sulitnya memerankan tokoh kehidupan sebagai seorang ayah.Berikut beberapa fakta tentang tokoh kehidupan sebagai ayah:


1. Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

2. Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidakvingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.

3. Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.

4. Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi sebenarnya lebih menyenangkan.

5. Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

6. Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.

7. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti berenang di air setelah ia melepaskanya.

8. Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.

9. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak baik dan menyayangi.

10. Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup

11. Ayah benar-benar senang membantu seseorang...tapi ia sukar meminta bantuan.

12. Ayah di dapur. Membuat, memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?... .mmmmhhh..."tidak terlalu mengecewakan" ^_~

13. Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

14. Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

15. Ayah akan sangat senang membelikanmu makanan selepas ia pulang kerja, walaupun dia tak dapat sedikitpun bagian dari makanan itu

16. Ayah selalu berdoa agar kita menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat, walaupun kita jarang bahkan jarang sekali mendoakannya

17. Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.

18. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

19. Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

20. Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu.

22. Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan.....

23. Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara...

24. Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....

25. Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....

26. Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu" Ketika ia ingin berkata ,,tidak"

27. Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin

28. Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok dikamar mandi.

29. Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

30. Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu hal yang baik persis seperti caranya....

31. Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....

32. Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

33. Ayah tidak suka meneteskan air mata .... ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya,dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

34. ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...

35. tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

36. Ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasarapalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"

37. Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,, jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah kuberi padamu"

38. Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"

39. Ayah bersikeras, bahwa anak- anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu...

40. Ayah bisa membuatmu percaya diri... karena ia percaya padamu...

41. Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....

42. Dan terpenting adalah... Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.



sumber: gurugaptek.blogspot.com


Kecintaan Allah Bagi Orang Yang Bertobat


“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah,
 hai orang-orang yang beriman 
supaya kamu beruntung.” (An-Nuur [24]:31).
Allah memerintahkan kepada kita untuk
bertobat dengan sebanyak tujuh kali di dalam
Al Quran (Al Baqarah: 54, Huud: 3, 52, 61, 90,
 At Tahrim: 8 dan An Nuur: 31).  Sesungguhnya
 pengulangan perintah kepada kita untuk bertobat
 menunjukkan bahwasanya kebanyakan manusia
 berbuat kesalahan. Manusia diistilahkan oleh para
ulama sebagai tempatnya salah dan khilaf. Istilah tersebut disandarkan pada sebuah
hadis riwayat Imam Muslim, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam,
dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku,
pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim ).
Akan tetapi Allah adalah Maha Bijaksana dan Maha Adil. Ketika kita melakukan kesalahan,
Allah pun memberikan solusi terbaik untuk menebus kesalahan kita,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Setiap anak Adam (manusia) berbuat
kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat.”
(HR At Tirmidzi).
Dari sini kita seharusnya sadar bahwa Allah itu sangat dekat dengan kita walaupun
kita dilumuri dengan berbagai macam dosa. Kita diperintahkan untuk mendekat
kepada-Nya dengan mengakui setiap dosa dan kesalahan kita, bukan dengan
menjauhi-Nya dan menambah dosa.
Sebagaimana ajaran Rasulullah dalam berdoa yang masyhur dengan sayyidul istighfar:
“Allahumma Anta Robbi Laa Illaha Illa Anta, Kholaqtani wa Anna ‘Abduka wa Anna ‘Ala
‘Ahdika wa Wa’dika mastatho’tu. A’udzu Bika Min Syarri Maa Shona’tu, Abuu-u Laka
Bini’matika ‘Alayya, Wa Abuu-u Bi Dzanbi, Faghfirli Fainnahu Laa Yaghfirudz Dzunuuba
Illa Anta”.
Artinya: Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah 
kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan
setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui 
dosaku oleh karena itu ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau.” (HR Bukhari).
Allah sangat mencintai dan 'memanjakan' orang-orang yang bertobat. “Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubatan Nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi 
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi 
dan orang-orang mukmin yang bersama dia. Sedang cahaya mereka memancar
di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah 
kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At Tahrim 66: 8).
Itulah kecintaan Allah bagi orang yang bertobat, di mana Allah akan
 menutupi (menghapus) setiap kesalahan kita dan memasukkan kita ke 
dalam surga-Nya. Wallahu a’lam.

 oleh:Imran Nurtsani Lc

Pria Yang Telah Menjadi Ayah Cenderung Tak Tertarik Untuk Berselingkuh.


Kaum pria akan berubah menjadi pribadi yang berbeda saat berkeluarga dan memiliki anak. Anggapan ini ada benarnya. Penelitian membuktikan, pria menikah yang memiliki anak cenderung lebih tertarik kepada pengasuhan daripada hasrat untuk menarik perhatian lawan jenis. Alhasil, pria yang telah menjadi ayah cenderung tak tertarik untuk berselingkuh.
Penelitian ini menemukan, pria yang telah memiliki anak cenderung memiliki level testosteron lebih rendah. Tentunya bila dibandingkan dengan pria lajang atau pria menikah yang belum memiliki anak. Faktor hormonal inilah yang memengaruhi pria untuk lebih fokus kepada anak dan keluarga, dan meredam kecenderungan untuk berselingkuh.
"Level testosteron memengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang, juga membantu pria untuk berkompetisi mendapatkan pasangan. Saat pria berkeluarga dan memiliki anak, pengasuhan menjadi penting dan pekerjaan pasangan. Pria, sebagai ayah, juga secara alami merasa bertanggungjawab dan memiliki keterikatan untuk menjalankan pengasuhan bersama pasangannya," jelas peneliti Christopher Kuzawa, profesor antropologi di Northwestern University.
Pada penelitian lain dikatakan, penurunan testosteron pada pria terjadi begitu mereka menikah. Namun penelitian ini membuktikan, pria menikah memiliki level testosteron lebih rendah ketika sudah menjadi ayah. Para peneliti mengukur perbandingan level testosteron ini pada pria Filipina, usia 21, menikah namun belum punya anak.
Masih menurut penelitian yang sama, lima tahun ke depan, pria menikah tanpa anak akan mengalami penurunan level testosteron sekitar 14 persen. Sedangkan pria menikah dengan anak, level testosteronnya menurun 34 persen.
Menurut salah satu peneliti, Lee Gettler, ahli antropologi di Northwestern, semakin tinggi peran pria di rumah, sebagai ayah, level testosteronnya semakin menurun. Termasuk ketika pria mengasuh anak 1 sampai 3 jam per harinya.
Perhatian pria tipe ini akan terfokus pada perannya sebagai ayah. Sehingga hasrat berkompetisi menarik perhatian lawan jenis terkalahkan dengan ketertarikannya menjalankan peran pengasuhan, sebagai ayah.
Sumber: Tribunnews.com

Wednesday, September 14, 2011

Makanan Ini Dikenal Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Jika Anda ingin memiliki sistem kekebalan yang kuat, sebaiknya tidak terlalu sering makan makanan yang di bawah ini. Soalnya, beberapa makanan ini dikenal menurunkan sistem kekebalan tubuh, seperti dikutip Livestrong.
* Daging merah
Daging merah merupakan salah satu sumber utama lemak jenuh, yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko tinggi kolesterol dalam darah, diabetes tipe 2 dan penyakit lain akibat turunnya kekebalan tubuh.
Para ahli dari Klinik Cleveland menyarankan untuk mengurangi atau menghindari sumber-sumber lemak jenuh seperti hot dog, sosis babi, salami, daging asap, daging iga, dan daging merah.
* Margarin dan mentega
Margarin mengandung lemak trans yang bisa merusak kesehatan jantung dan sistem kekebalan tubuh. Dr. David Katz, Direktur Yale Prevention Research Center di Connecticut menyatakan bahwa lemak trans bisa mengakibatkan peradangan. Hal ini membuat sistem kekebalan tubuh tidak dapat memberikan perlindungan tepat dan baik bagi tubuh. Untuk itulah, ganti mentega dan margarin dengan minyak nabati seperti minyak zaitun dan kanola untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
* Produk susu tinggi lemak
Produk susu yang memiliki kadar lemak yang tinggi merupakan sumber lemak jenuh. Klinik Cleveland menyarankan untuk memilih susu, yoghurt, keju, atau lainnya yang rendah lemak untuk memberikan manfaat bagi sistem kekebalan tubuh.
* Konsumsi gula berlebihan
Gula yang dikonsumsi berlebihan sampai 8 sendok makan per hari bisa mengurangi kemampuan sel darah putih dalam menghancurkan kuman hingga sebesar 40%. Efek ini sudah bisa dirasakan 30 menit sejak ditelan hingga 5 jam. Asupan gula berasal dari permen, sereal warna-warni, sirup, selai, jeli, kue, dan biskuit.
Namun begitu, beberapa faktor memang bisa menghambat dan mengurangi sistem kekebalan tubuh seperti stres, kurang tidur, merokok, kebiasaan makan yang buruk serta kurangnya olahraga, dan kondisi medis lainnya. Anak-anak dan orang tua juga memiliki kekebalan yang lebih rendah. Toh, tak ada salahnya menghindari beberapa makanan tadi. Mengapa tidak menyantap buah-buahan dan sayuran saja yang lebih sehat?
Sumber: Tribunnews.com

Saturday, September 10, 2011

"Haruskah Kita Mendapatkan Sesuatu Kebaikan Dengan Harus Memaksakan Sesuatu Perbuatan?"

Rasa sesal didalam hati diam tak mau pergi,harus kah aku lari dari kenyataan ini,..pernah ku mencoba tuk sembunyi namun senyummu tetap mengikuti, sepenggal lalu populer dari Iwan Fals-Yang Terlupakan menuntun ku tuk merenung akan arti "Haruskah kita mendapatkan sesuatu kebaikan dengan harus memaksakan sesuatu perbuatan?"Berikut 5 hal yang terlupakan:


1.Cinta Tidak Dapat Merubah Seseorang Menjadi Orang Lain
Dari Nabi Muhammad SAW kita mendapat teladan bahwa : kita tidak bisa dan tidak boleh memaksa  seseorang, kita hanya diperbolehkan untuk memberi penjelasan dan masukan,sedangkan hati hanyalah ALLAH yang bisa membolak-balikkannya. Kita tidak dapat merubah orang lain sesuai dengan keinginan kita kecuali kita dahulu yang merubah diri kita dengan melakukan contoh perbuatan, penjelasan maupun masukan yang baik kepada orang lain.

2.Komitmen Tidak Lantas Selalu Memaksa Diri Kita Untuk Terpaksa Disiplin
Komitmen adalah kesadaran hati untuk bertanggung jawab karena itu kita akan dengan sendirinya melakukan segalanya dengan maksimal sampai darah penghabisan tanpa harus memaksa kita untuk selalu terpaksa berdisiplin.

3.Kreativitas Tidak Harus Selalu Yang Unik Dan Tak Tertandingi
Ketika kita selalu berfikir, berusaha dan bertindak untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan berguna itu sudah merupakan kreativitas tanpa membebani kreativitas itu sendiri dengan memaksa harus yang unik dan tak tertandingi.

4.Percaya Diri Bukan Memaksa Kita Untuk Menunjukkan Selalu Hasil Terbaik Dan Sempurna
Percaya diri merupakan cara untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan jalan memanfaatkan secara maksimal segala potensi diri yang ada tanpa mengeluh kurang dan tanpa mengharap pujian hasil yang terbaik dan sempurna. Percaya diri menitik beratkan pada tindakan dan karya daripada selalu mengumumkan pencitraan.

5.Kebebasan Tidak Harus Selalu Memanjakan Diri Dengan Bergelimang Kepuasan dan Kebahagiaan
Kebebasan adalah ketenangan dan kenyamanan diri dari hasrat dan ego.




Friday, September 9, 2011

Karunia Terbesar Yang Telah Allah Berikan Kepada Umat Manusia

Terlahirnya seorang nabi bernama Muhammad, Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, merupakan karunia terbesar yang telah Allah berikan kepada umat manusia, bahkan bagi seluruh alam ini. Beliaulah makhluk termulia dari seluruh ciptaan-Nya. Dan beliau adalah nabi pembawa rahmat dari sisi Tuhannya, Allah Azza wa Jalla. Para ulama ahli sejarah telah menulis dan mengumpulkan kesempurnaan akhlaq beliau dari segala sisinya.

Namun amat disayangkan, hanya sedikit dari umat beliau sendiri yang mau membaca sejarah hidup beliau. Padahal, tidaklah kebenaran akan didapat kecuali melalui pintunya. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab: 21). Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku adalah rahmat yang membawa petunjuk." Ibnu Dahyah RA mengatakan, "Maknanya bahwa ‘Allah SWT mengutusku sebagai rahmat bagi hamba-hamba Allah’. Beliau tidak menghendaki imbalan atas itu, karena pemberi hadiah yang didasari dengan kasih sayang tidak menghendaki imbalan atas hadiahnya." “Siapa yang Makan Bawang Putih…” Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam," (QS Al-Anbiya’: 107).

Rahmat yang dibawa Rasulullah SAW mencakup segala sesuatu di alam ini: manusia, jin, malaikat, hewan, tumbuhan, bahkan benda mati. Ini bukan hal yang aneh, karena Allah SWT kuasa memberikan rahmat-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya dan Dialah Pemilik karunia yang agung. Di antara seluruh alam yang tercakup dalam rahmat Allah melalui Rasulullah SAW adalah malaikat yang mulia. Allah SWT berfirman, "Mahasuci Allah, Yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya (Muhammad) agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (QS Al-Furqan: 1). Diutusnya beliau SAW kepada para malaikat tidak lain adalah sebagai pengutusan pemuliaan, bukan pembebanan, karena mereka tidak termasuk dalam kalangan yang dibebani (mukallaf) kewajiban syari’at, seperti halnya jin dan manusia. Allah SWT merahmati para malaikat dan memuliakan mereka melalui nabi-Nya SAW dengan berbagai macam wujud rahmat dan pemuliaan. Di antaranya, dengan adanya hukum-hukum syari’at yang ditetapkan oleh Allah, yang di dalamnya terkandung keimanan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, penghormatan terkait kedudukan mereka, pengetahuan mengenai tugas-tugas mereka, dan lain-lain.


Rasulullah SAW mengajari kita tentang penghormatan kepada para malaikat, adab terhadap mereka, dan hendaknya kita menjauhi hal-hal yang mengganggu mereka. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang makan sayuran berupa bawang putih ini (pada saat yang lain beliau bersabda, "Siapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan bawang bakung), janganlah sekali-kali mendekati masjid kami. Sesungguhnya para malaikat terganggu sebagaimana keturunan Adam (manusia) merasa terganggu (oleh bau makanan itu)." Dalam riwayat lain, "Siapa yang makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya menghindari kami." Atau, "Hendaknya dia menghindari masjid kami, dan hendaknya dia duduk di rumahnya." Pada suatu saat, disodorkan kepada beliau SAW sepriuk sayuran dengan berbagai macam rempah-rempah. Namun beliau mendapati bau padanya, maka beliau menanyakannya. Setelah diberi tahu tentang rempah-rempah yang terdapat di dalamnya, beliau menyuruh agar priuk itu didekatkan kepada seorang sahabat beliau yang saat itu bersama beliau. Begitu melihatnya, sahabat itu enggan memakannya. Beliau pun bersabda, "Makanlah, sesungguhnya aku berbicara dengan yang tidak berbicara kepadamu." Rasulullah SAW menganjurkan sahabat-sahabat beliau SAW agar malu kepada malaikat. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Tsauban, maula (budak yang dimerdekakan) Rasulullah SAW, bahwa dia mengatakan, Rasulullah SAW melihat sejumlah orang berkendaraan dalam rangka mengiring jenazah. Lalu beliau bersabda, "Tidakkah kamu malu bahwa malaikat-malaikat Allah berjalan kaki sementara kamu naik kendaraan?!"

Rasulullah SAW pun mengajari sahabat-sahabat beliau agar membuat barisan dalam shalat seperti barisan yang dibuat oleh para malaikat di sisi Tuhan. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Mengapa kamu tidak membuat barisan sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka? Kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Tuhan mereka?’ Beliau bersabda, ‘Memenuhi barisan pertama dan mereka saling merapatkan diri dalam barisan’.” Jika pemuliaan malaikat kepada orang-orang yang beriman di akhirat dengan perintah Allah SWT tak terhingga dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, bagaimana dengan pemuliaan para malaikat kepada Rasulullah SAW, sementara beliau adalah sosok yang menjadi perantara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan kecintaan dan pembelaan terhadap beliau, serta dengan bershalawat dan penghormatan kepada beliau!

 “Jangan Mencaci Angin” Di antara wujud rahmat Rasulullah SAW kepada benda mati adalah beliau SAW melarang mencaci angin. Dari Ubay bin Ka'ab RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mencaci angin. Jika kalian menghadapi angin yang tidak kalian sukai, ucapkanlah, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang terdapat di dalamnya, dan kebaikan pada apa yang diperintahkan padanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang terdapat di dalamnya, dan keburukan pada apa yang diperintahkan padanya’.” Beliau SAW juga melarang mencaci sakit demam.

Dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW menemui Ummu Saib atau Ummu Musayyab, lantas bertanya, "Hai Ummu Saib," atau, "Hai Ummu Musayyab, kenapa kamu gemetar?" Dia menjawab, “Demam, tidak ada keberkahan Allah padanya.” Beliau bersabda, "Jangan mencaci demam, sesungguhnya ia menghapus kesalahan-kesalahan manusia sebagaimana tempaan api menghilangkan kotoran pada besi." Karenanya, tidaklah mengherankan bila batu pun memberi salam kepada beliau, karena mereka mengenal beliau adalah seorang nabi. Pangkal pohon merindukan beliau saat beliau meninggalkannya.
 Gunung Uhud terguncang di bawah kedua telapak kaki beliau yang mulia hingga beliau menyuruhnya agar tenang, dan Gunung Uhud pun tenang. Dari Jabir bin Samurah RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui batu di Makkah yang memberi salam kepadaku sebelum aku diutus, sekarang aku benar-benar mengetahuinya." Dari Jabir bin Abdillah RA, dia mengatakan, “Kala itu masjid ditopang dengan pangkal-pangkal pohon kurma. Saat menyampaikan khutbah, Rasulullah SAW berdiri di salah satu pangkal pohon tersebut. Begitu beliau telah dibuatkan mimbar dan saat itu beliau berada di atasnya, kami mendengar pada pangkal pohon itu suara seperti suara ringkikan hingga Rasulullah SAW menghampirinya lantas meletakkan tangan beliau padanya dan pangkal pohon itu pun tenang.” Dari Anas RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW mendaki Gunung Uhud bersama Abubakar, Umar, dan Utsman. Lalu gunung Uhud bergetar. Rasulullah SAW pun bersabda, ‘Tenanglah, Uhud.’ Aku menduga beliau menghentakkan kaki beliau, ‘… karena tidak ada yang berada di atasmu selain seorang nabi, orang shiddiq (Abubakar), dan dua orang syahid (Umar dan Utsman)’.” “Siapa Yang Membakar Ini?” Adapun di antara wujud rahmat Rasulullah SAW terhadap hewan, beliau SAW melarang menjadikan hewan sebagai sasaran dalam pemanahan, serta melarang membunuh hewan secara perlahan, yaitu dengan menahannya hingga mati. Dari Said bin Jubair, dia mengatakan, Ibnu Umar RA melewati sejumlah pemuda Quraisy yang memasang burung-burung sebagai sasaran dan mereka memanahnya. Mereka menetapkan setiap burung yang tidak terkena panah mereka sebagai hak pemiliknya. Begitu melihat Ibnu Umar, mereka membubarkan diri. Ibnu Umar bertanya, “Siapa yang melakukan ini? Allah mengutuk orang yang melakukan ini.

Sesungguhnya Rasulullah SAW mengutuk orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran.” Beliau SAW memerintahkan berlaku lemah lembut dan ihsan dalam membunuh atau menyembelih hewan. Dari Syaddad bin Aus RA, dia mengatakan, “Dua hal yang kuhafal dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan pada segala sesuatu. Oleh karena itu, jika kamu membunuh (hewan), lakukanlah pembunuhan dengan ihsan. Jika kamu menyembelih (hewan), sembelihlah dengan ihsan, dan hendaknya salah seorang di antara kamu menajamkan belatinya, serta memberi kenyamanan kepada sembelihannya’." Beliau SAW melarang mencaci ayam. Dalam hadits dari Zaid bin Khalid RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mencaci ayam jantan, sesungguhnya ia membangunkan untuk shalat." Rasulullah SAW adalah nabi rahmat yang mengemban petunjuk bagi seluruh alam. Kutukan adalah semacam kemarahan dan siksaan, sedangkan cahaya-cahaya rahmat beliau SAW menghancurkan kegelapan-kegelapan kemarahan dan siksaan. Keduanya tidak dapat terhimpun. Beliau SAW melarang mengambil anak-anak burung dari induknya dan melarang membakar (membunuh) hewan dengan api. Dari Abdurrahman bin Abdullah, dari ayahnya RA, dia mengatakan, “Kami bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Lalu beliau bergegas untuk memenuhi keperluan beliau. Kemudian kami melihat seekor burung bersama dua anaknya. Kami pun mengambil kedua anaknya. Burung itu datang dengan mengepak-ngepakkan kedua sayapnya. Begitu Rasulullah SAW datang, beliau bersabda, ‘Siapa yang membuat burung ini menderita lantaran terpisah dengan anaknya? Kembalikan anaknya kepadanya’.” Dalam kisah lain disebutkan, “Begitu melihat perkampungan semut yang telah kami bakar, beliau bertanya, ‘Siapa yang membakar ini?’ ‘Kami,’ jawab kami. Beliau pun bersabda, ‘Sesungguhnya tidak ada yang layak menyiksa dengan api kecuali Tuhan, Pemilik api’.” Maka sungguh sangat menyedihkan “kebiasaan” masyarakat zaman sekarang yang begitu kompak dan bersemangat saat membakar sesama manusia yang terkadang hanya karena mencuri jemuran. “Anjing Ini Benar-benar Kehausan…” Kasih sayang terhadap hewan merupakan sebab bagi rahmat dan ampunan Allah. Kasih sayang Islam terhadap hewan mencapai tingkatan yang tidak terbayangkan oleh manusia, yaitu saat Rasulullah SAW memberitahukan bahwa Allah SWT mengampuni orang yang menyayangi anjing yang kehausan lantas dia memberinya minum. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Ketika seseorang berjalan, dia merasa sangat kehausan. Dia pun turun ke sumur lantas minum darinya. Kemudian dia keluar dan ternyata ada seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya. Anjing itu makan tanah karena kehausan. Orang itu berkata dalam hati, ‘Anjing ini benar-benar mengalami kehausan seperti yang aku rasakan.’ Maka dia pun segera memenuhi sepatu kulitnya dengan air kemudian memegangnya dengan mulutnya. Lalu dia naik ke atas dan memberi minum anjing itu. Allah pun membalas kebaikannya dan mengampuninya.” Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami juga mendapat pahala terkait perbuatan baik kepada binatang?” Beliau bersabda, "Pada setiap hati yang basah (makhluk hidup) terdapat pahala." Pada hadits riwayat lainnya disebutkan, bahkan seandainya pun orang itu seorang yang kurang taat. Kebalikan dari kisah di atas, seorang perempuan disiksa dalam neraka karena dia menahan seekor kucing hingga mati. Dari Abdullah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang dikekangnya hingga mati. Dia pun masuk neraka lantaran kucing. Dia tidak memberinya makanan, tidak pula memberinya minum saat menahannya, dan dia pun tidak membiarkannya makan serangga-serangga di bumi." Beliau SAW pun membela unta yang terzhalimi. Dari Abdullah bin Ja'far RA, dia mengatakan, “Beliau memasuki kebun milik seorang dari kaum Anshar dan ternyata ada seekor unta. Begitu melihat Rasulullah SAW, unta itu merintih dan bercucuran air mata. Rasulullah SAW segera menghampirinya dan mengusap kedua pangkal telinganya, lantas unta itu diam. Beliau bertanya, "Siapa pemilik unta ini? Siapa pemilik unta ini?" Seorang pemuda Anshar datang dan berkata, “Milikku, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, "Tidakkah engkau takut kepada Allah terkait binatang yang dijadikan oleh Allah sebagai milikmu?! Sesungguhnya ia mengadu kepadaku bahwa engkau membiarkannya kelaparan dan engkau berlaku kasar terhadapnya." Rahmat kenabian mencapai tingkat yang sangat luhur saat Allah menetapkan pahala bagi manusia jika binatang-binatang dan burung-burung memakan sesuatu dari yang ia tanam meski itu tanpa didasari motivasi yang disengaja. Dari Anas bin Malik RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim menanam tumbuhan atau menanam tanaman lantas ada yang dimakan oleh burung-burung atau manusia atau binatang melainkan itu baginya merupakan sedekah." “Apakah Kalian Mencium Anak-anak Kalian?” Masyarakat Madinah pada masa Rasulullah SAW adalah masyarakat satu keluarga, dan beliau SAW berperan sebagai ayah bagi mereka semua. Beliaulah yang memberikan nama anak yang dilahirkan dan melakukan tahnik (mengunyah sebutir kurma kemudian meletakkan pada mulut bayi dan memutar pada sisi-sisinya). Beliau juga mendoakan mereka agar mendapatkan kebaikan dan keberkahan. Dari Abu Musa RA, ia mengatakan, “Anakku lahir, lantas aku membawanya kepada Rasulullah SAW. Beliau memberinya nama ‘Ibrahim’ dan melakukan tahnik terhadapnya dengan sebutir kurma dan mendoakannya agar diberkahi. Kemudian beliau menyerahkannya kembali kepadaku.” Itu adalah anak Abu Musa yang paling besar. Dari Aisyah Ummul Mu’minin RA, Rasulullah SAW mendoakan seorang bayi dengan mengucapkan, "Ya Allah, jadikanlah dia sebagai anak yang berbakti, bertaqwa, dan bijak, serta tumbuhkanlah dia dalam Islam dengan pertumbuhan yang baik." Doa ini termasuk dalam sekian banyak kalimat beliau SAW yang singkat namun sarat dengan makna, atau dikenal dengan istilah jawami’ul kalim. Pada setiap kata darinya terhimpun maksud yang besar di antara maksud-maksud agama ini, yaitu berbakti, bertaqwa, bijak, dan pertumbuhan dalam Islam dengan pertumbuhan yang baik. Kesemuanya itu adalah makna-makna komprehensif yang luas cakupannya, menghimpun hakikat-hakikat yang besar, dan hampir-hampir merangkum ajaran agama secara keseluruhan. Demikianlah rahmat yang dibawa Rasulullah SAW kepada anak-anak. Di antara wujud rahmat Rasulullah SAW lainnya terhadap anak-anak adalah penanaman aqidah yang benar dan pokok-pokok keimanan dalam jiwa anak sejak dini. Penanaman prinsip-prinsip sejak kecil dan pengajaran hakikat-hakikat keimanan kepada anak selayaknya menjadi tradisi pendidik yang peduli terhadap perkembangan yang baik, kedalaman kebenaran, keteguhan aqidah, dan persiapan yang baik bagi masa depan. Dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan, “Suatu hari aku berada di belakang Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ‘Wahai anak! Aku mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah (agama) Allah, niscaya Dia akan menjagamu; dan jagalah (agama) Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika umat berhimpun hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu. Dan seandainya mereka berhimpun hendak membahayakanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu. Pena telah diangkat dan buku catatan amal telah kering." Makna "Pena telah diangkat dan buku catatan amal telah kering" adalah bahwa apa yang telah ditetapkan pasti terjadi. Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Al-Musnad dengan tambahan, "Kenalilah Allah pada saat lapang, niscaya Dia mengenal-Mu pada saat sulit. Dan ketahuilah, dalam kesabaran terhadap apa yang tidak engkau sukai terdapat banyak kebaikan, kemenangan bersama kesabaran, ada jalan keluar bersama kesusahan, dan bersama kesulitan ada kemudahan." Selain itu, wujud rahmat Rasulullah SAW lainnya lagi adalah penanaman sikap hormat dan menghargai dalam jiwa anak melalui interaksi yang luhur bersamanya dan mengajarkan akhlaq Islam dan adab-adabnya kepadanya. Ini tampak dalam berbagai gambaran teladan dari beliau, di antaranya beliau mengucapkan salam kepada anak-anak, sedangkan salam adalah wujud perhatian, kepedulian, dan adanya saling keterikatan sosial di antara individu-individu umat. Terkait salam Rasulullah SAW kepada anak-anak khususnya, itu merupakan sinyalemen bagi kalangan orang-orang dewasa agar memberikan perhatian yang semestinya kepada anak-anak, dan mereka tidak memandang anak-anak dengan pandangan merendahkan dan meremehkan. Dari Sayyar, dia mengatakan, “Aku berjalan bersama Tsabit Al-Bunany. Begitu melewati anak-anak, Tsabit memberi salam kepada mereka lantas berkata, ‘Saat aku bersama Anas RA lantas melewati anak-anak, dia pun memberi salam kepada mereka dan Anas RA mengatakan, ‘Saat aku bersama Rasulullah SAW dan melewati anak-anak, beliau memberi salam kepada mereka’.” Dari Wahb bin Kaisan, dia mendengar Umar bin Abu Salamah RA mengatakan, “Saat masih kecil aku berada dalam asuhan Rasulullah SAW. Ketika itu tanganku meraih-raih ke sana-kemari di nampan tempat makanan. Rasulullah SAW pun bersabda kepadaku, ‘Wahai anak! Ucapkanlah basmalah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah makanan yang dekat denganmu.’ Itulah yang kemudian terus aku amalkan saat aku menyantap makanan.” Betapa indah pengaruh positif yang diabadikan oleh Umar bin Abu Salamah RA pada bagian akhir hadits ini, "Itulah yang kemudian terus aku amalkan saat aku menyantap makanan." Ini mengungkapkan kekuatan kehendak anak dalam merespons dan membuat perubahan. Di antara gambaran tentang penanaman rasa hormat dan menghargai dalam jiwa anak adalah mendidiknya agar menunaikan ibadah dengan berbagai ragamnya sejak usia mumayiz (mulai dapat membedakan yang membahayakan dan tidak), mengarahkannya agar suka beribadah, dan melatihnya beribadah, agar dia berkembang dengan lurus dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, jauh dari kesesatan dan penyimpangan. Dari Amru bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila mereka tidak mengerjakannya pada saat mereka berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka." Beliau juga amat menghargai keinginan dan perasaan seorang anak. Hal tersebut tampak pada berbagai momentum, bahkan pada saat beliau menunaikan shalat. Lantas bagaimana selayaknya perilaku seorang mukmin di luar shalat? Dari Abdullah bin Syaddad, dari bapaknya, Syaddad RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW keluar menemui kami pada saat shalat Maghrib atau Isya dengan membawa Hasan atau Husain. Rasulullah SAW pun mengambil tempat di depan lantas meletakkan cucu beliau itu. Kemudian beliau bertakbir untuk shalat.

 Pada saat menunaikan shalat, beliau sujud cukup lama di tengah-tengah shalat beliau. Bapakku mengatakan, ‘Aku pun mengangkat kepalaku. Ternyata ada anak kecil di atas punggung Rasulullah SAW saat beliau sedang sujud. Lalu aku kembali bersujud. Begitu Rasulullah SAW selesai dari shalat, orang-orang bertanya: Wahai Rasulullah, engkau sujud di tengah-tengah shalatmu dengan sujud yang engkau lamakan hingga kami mengira ada suatu kejadian atau ada wahyu yang diturunkan kepadamu. Beliau bersabda: Itu semua tidak terjadi, akan tetapi cucuku ini menaiki punggungku, maka aku tidak mau segera membuatnya turun hingga dia memenuhi keperluannya’.” Kasih sayang kepada anak-anak adalah anugerah dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang terbaik dan identitas mukmin sejati dalam seluruh hubungannya. Siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi. Dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan, “Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan ketika itu Aqra' bin Habis At-Tamimy duduk bersama beliau. Aqra' berkata, ‘Aku memiliki sepuluh anak namun aku tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.’ Rasulullah SAW memandangnya kemudian bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi tidak akan disayangi’.

" Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan dari Aisyah RA dikatakan, sejumlah orang pedalaman datang kepada Rasulullah SAW lantas mereka bertanya, “Apakah kalian mencium anak-anak kalian?” Orang-orang itu menjawab, “Ya.” Mereka berkata lagi, “Akan tetapi, demi Allah, kami tidak mencium.” Rasulullah SAW bersabda, "Dan aku layak khawatir bila Allah telah mencabut kasih sayang dari kalian!" Dalam riwayat lain, "Mencabut kasih sayang dari hatimu atau hati kalian." Rahmat Rasulullah SAW terhadap anak-anak dan canda beliau dengan mereka tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk menyampaikan pembinaan dan bimbingan kepada mereka. Sebagaimana yang terungkap dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Laila RA, dia mengatakan, “Aku bersama Rasulullah SAW yang ketika itu di dada atau perut beliau ada Hasan atau Husain. Aku melihat kencingnya mengucur ke mana-mana, maka kami segera menghampirinya. Namun beliau mencegah, ‘Biarkan cucuku, kalian jangan membuatnya kaget hingga dia menyelesaikan kencingnya." Kemudian beliau mengguyur bekas kencing sang cucu dengan air. Setelah itu beliau bergegas masuk gudang kurma zakat dan cucunya turut masuk bersama beliau. Anak itu mengambil kurma lantas meletakkannya di mulut Rasulullah SAW. Namun beliau SAW segera mengeluarkan kurma itu dan bersabda, "Sesungguhnya zakat tidak diperkenankan bagi kami (ahlul bayt)." Beliau juga amat memotivasi anak-anak untuk siap berjuang dan menumbuhkan keahlian yang berkaitan dengan kekuatan melalui latihan memanah. Sebagaimana diungkap dalam hadits yang diriwayatkan dari Salamah bin Akwa' RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW melewati sejumlah orang dari Aslam yang sedang melakukan lomba memanah. Rasulullah SAW bersabda, "Memanahlah, hai keturunan Ismail, sesungguhnya leluhur kalian adalah seorang pemanah….” Salamah bin Akwa' RA mengatakan, begitu salah satu dari dua kelompok itu menahan tangan mereka, Rasulullah SAW bertanya, "Mengapa kalian tidak memanah?" Mereka menjawab, “Bagaimana kami memanah, sementara engkau bersama mereka?” Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, sebab aku bersama kalian semuanya." Tidaklah mengherankan bila Nabi, petunjuk dan rahmat SAW, memiliki perhatian yang sangat besar seperti ini terhadap anak-anak sejak usia dini, yaitu sejak masa perkembangan mereka yang pertama. Rasulullah SAW mengajari umat beliau bahwa pendidikan sesungguhnya dimulai sejak masa perkembangan anak yang pertama. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Huriarah RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang bayi pun melainkan dilahirkan dalam fitrah (suci). Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang menghasilkan binatang yang utuh (tanpa cacat). Apakah kamu merasa ada yang terpotong padanya?" Kemudian Abu Hurairah RA membaca, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS Ar-Rum: 30). “Padanya Tetap Ada Kebengkokan” Setiap orang beriman harus mengetahui, di antara rahmat terbesar dalam misi kenabian Rasulullah SAW adalah hukum-hukum syari’at yang lurus, yang mengatur kehidupan manusia, laki-laki maupun perempuan, melindungi hak-hak mereka, dan menegakkan timbangan-timbangan keadilan di antara mereka. Itu semua bermuara dari sumber rahmat, dan itulah yang mewujudkan kebahagiaan umat manusia di dunia, meskipun sebagiannya terkesan keras. Pada akhirnya, mereka akan kembali ke akhirat, menuju kebahagiaan yang lebih agung. Wanita muslimah pada masa-masa awal benar-benar menyambut dakwah Islam dan menerapkan adab-adabnya. Imannya kepada Allah dan Rasul-Nya SAW benar-benar tulus, tidak melanggar ketentuannya, dan tidak melampaui batas. Mereka tidak melibatkan diri dalam tugas dan pekerjaan laki-laki terkait apa yang dikhususkan Allah bagi laki-laki dan terkait berbagai kewajiban serta tanggung jawab yang ditetapkan bagi laki-laki. Wanita muslimah saat itu melakukan amalnya yang didasarkan pada adanya persamaan dengan laki-laki dalam kebaikan secara umum, dan berlomba-lomba dengan laki-laki dalam hal-hal kebaikan dan kebajikan yang dapat mengangkat martabatnya dan memperbesar pahalanya.

Titik tolak ini seluruhnya adalah dari firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (An-Nisa’: 32). Pada masa-masa kelam dulu, wanita mengalami penyiksaan yang buruk dan diragukan kemanusiannya. Orang-orang enggan memposisikan wanita sebagai pihak yang memiliki motivasi seperti laki-laki, dan wanita dibebani berbagai dosa dan kesalahan yang tak memiliki ketentuan dalam agama. Yang dibutuhkan wanita masa kini adalah membaca. Hendaknya wanita membaca sejarahnya dalam Islam, sikap Islam terhadap wanita, dan sejauh mana perhatian Islam terhadap wanita, agar mereka tahu apa yang dipropagandakan musuh-musuh Islam dan berbagai kalangan yang dalam hatinya terdapat penyakit kebohongan, yang tidak layak untuk diperhatikan atau dilirik sedikit pun. Di antara rahmat Rasulullah SAW terhadap kaum wanita adalah wasiat bagi kaum wanita dan penegasan terhadap besarnya hak mereka. Dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dia tidak akan istiqamah terhadapmu pada satu ketentuan. Jika kamu menikmatinya, kamu mendapatkan kenikmatan padanya, tapi padanya tetap ada kebengkokan. Jika kamu hendak meluruskannya, (akibatnya) kamu mematahkannya, dan mematahkannya berarti menceraikannya." Banyak orang salah memahami hadits yang mulia ini. Kendala yang dialami orang seperti ini hanyalah karena minim pengetahuan dan buruknya pemahaman. Rasulullah SAW, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu melainkan wahyu yang diturunkan, menetapkan dalam hadits mulia ini hakikat yang fitri dan nyata. Bukanlah cela bagi wanita bila kekurangan itu terdapat pada pokok pembentukan dan penciptaannya, sebab ini merupakan perkara yang pasti terjadi padanya, namun itu mengandung hikmah yang luhur yang dikehendaki oleh Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana, untuk menetapkan kewenangan dan pengayoman laki-laki terhadapnya, berusaha keras untuk memuliakannya dan berbuat baik kepadanya, dan agar wanita dapat menunaikan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, Islam tidak membebankan kepada wanita sesuatu di luar kemampuannya. Bahkan Islam melarangnya dari segala sesuatu yang tidak baik untuk dilakukannya, yaitu segala sesuatu yang tidak selaras dengan watak kewanitaan dan kondisi fisiknya. Sebab, implikasinya justru mengabaikan tanggung jawabnya yang sesuai dengan fitrahnya, yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Akibatnya kehidupan pun rusak dan tidak kondusif. Maka jadilah dia seperti orang yang membangun istana dan menghancurkan kota. Selain itu, di antara rahmat Rasulullah SAW terhadap kaum wanita adalah penjelasan beliau SAW bahwa istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Dari Abdullah bin Umar RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, wanita (istri) adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, dan pembantu adalah pemimpin terkait harta tuannya dan dia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." Beliau juga mewasiatkan agar kaum wanita diperlakukan dengan baik dan hak-hak mereka ditunaikan. Dari Bahz bin Hakim RA, dia mengatakan, “Bapakku menyampaikan kepadaku dari kakekku bahwa dia mengatakan, ‘Aku bertanya: Wahai Rasulullah, terkait istri-istri kami, apa yang harus kami tunaikan terhadap mereka dan apa yang kami tinggalkan? Beliau bersabda: Datangilah lahanmu bagaimana pun yang kamu kehendaki, dan berilah dia makan jika kamu makan, serta berilah dia pakaian jika kamu mengenakan pakaian. Jangan menjelekkan wajah, jangan memukul, dan jangan berseteru kecuali di dalam rumah’." Rasulullah SAW, pribadi yang sempurna, juga telah mencontohkan bagaimana beliau menjadi pendengar yang baik atas keluhan yang disampaikan kaum wanita. Dalam sebuah riwayat dari Urwah bin Zubair dikatakan, Aisyah berkata, “Mahasuci Allah, Yang pendengaran-Nya meliputi segala sesuatu. Aku benar-benar mendengar ucapan Khaulah binti Tsa'labah dan sebagiannya tersembunyi dariku. Dia mengadukan suaminya kepada Rasulullah. Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, dia menikmati masa mudaku dan aku setia dalam melayaninya. Namun, begitu aku sudah tua dan tidak produktif lagi, dia melakukan zihar (seorang suami menyamakan istrinya dengan ibunya sehingga haram istrinya) terhadapku. Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu.” Periwayat mengatakan, dia tetap bertahan hingga Jibril turun dengan membawa ayat-ayat yang terkait dengan itu, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah." (QS Al-Mujadilah:1) Perhatikan pula bagaimana beliau melindungi kaum wanita dari segala hal yang tidak diinginkan, di antaranya lewat peringatan beliau SAW terhadap bepergiannya seorang wanita. Dari Ibnu Abbas RA, dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama muhrimnya, dan janganlah ada laki-laki yang menemuinya kecuali dia disertai muhrimnya." Seorang bertanya, “Wahai Rasulullah, aku hendak keluar dan bergabung dengan pasukan perang begini dan begini, sementara istriku hendak menunaikan ibadah haji?” Beliau bersabda, "Keluarlah bersamanya." Sumber:Risalah Ustadz Muhammad Vad’aq tentang Rahmat Rasulullah SAW terhadap Alam Semesta