Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian,
Saya yakin kita bisa menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan, karena kemiskinan tidak dibikin oleh rakyat miskin. Kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi yang kita rancang sendiri; pranata-pranata dan konsep-konsep yang menyusun sistem itu; kebijakan-kebijakan yang kita terapkan.
Saya yakin kita bisa menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan, karena kemiskinan tidak dibikin oleh rakyat miskin. Kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi yang kita rancang sendiri; pranata-pranata dan konsep-konsep yang menyusun sistem itu; kebijakan-kebijakan yang kita terapkan.
Kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoretis
berdasarkan asumsi-asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang
konsep-konsep yang terlampau sempit (seperti konsep bisnis, kelayakan kredit,
kewirausahaan, lapangan kerja) atau mengembangkan lembaga-lembaga yang belum
matang (Seperti lembaga-lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum
miskin). Kemiskinan disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, dan
bukan kurangnya kapabilitas di pihak rakyat.
Saya percaya sepenuh hati bahwa kita bisa menciptakan dunia
yang bebas-kemiskinan bila secara kolektif kita mempercayainya. Dalam dunia
yang bebas-kemiskinan, tempat satu-satunya Anda bisa melihat kemiskinan adalah
di museum-museum kemiskinan. Ketika anak-anak sekolah berkunjung ke museum-museum
kemis+kinan itu, mereka akan ngeri melihat kesengsaraan dan kehinadinaan yang
harus dilalui sebagian umat manusia. Mereka akan menyalahkan leluhurnya karena
mentolerir kondisi yang tidak manusiawi yang sudah berlangsung begitu lama atas
begitu banyak orang ini.
Seorang manusia lahir di dunia ini dengan bekal penuh bukan
hanya untuk mengurusi dirinya sendiri saja, tetapi juga turut menyumbangkan
upaya untuk memperluas kesejahteraan dunia secara keseluruhan. Ada yang punya
peluang untuk menggali potensi mereka sampai takaran tertentu, tapi banyak
lainnya yang tak pernah mendapat kesempatan apapun seumur hidupnya untuk
menguak bakat-bakat menakjubkan yang hadir bersama kelahirannya. Mereka mati
tanpa pernah tergali dan dunia tak pernah merasakan kreativitas dan sumbangsih
mereka.
Grameen telah memberi saya keyakinan tak tergoyahkan
mengenai kreativitas manusia. Hal ini telah membuat saya meyakini bahwa manusia
tidaklah terlahir untuk menderita sengsara akibat kelaparan dan kemiskinan.
Bagi saya orang miskin itu seperti pohon bonsai. Manakala
Anda menanam bibit terbaik dari pohon tertinggi dalam pot kembang, Anda pun
mendapat replika dan pohon tertinggi itu, namun tingginya hanya sekian inci.
Tak ada yang salah dengan bibit yang Anda tanam, hanya lahannya saja yang sama
sekali tidak memadai. Orang miskin itu orang bonsai. Tak ada yang salah dengan
bibitnya. Sederhana saja, masyarakat tak pernah memberi mereka lahan untuk
bertumbuh kembang. Yang diperlukan untuk membuat masyarakat miskin keluar dari
kemiskinan adalah menciptakan lingkungan yang memberdayakan mereka. Begitu kaum
miskin bisa melejitkan energi dan kreativitas mereka, kemiskinan akan lenyap
dengan cepat.
Mari kita bergandeng tangan untuk memberi setiap makhluk
manusia kesempatan yang adil untuk melejitkan energi dan kreativitas mereka.
Bapak dan ibu sekalian, Akan saya sudahi dengan menyatakan
penghormatan saya yang mendalam kepada Komite Nobel Norwegia karena mengakui
bahwa masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan miskin, mempunyai potensi
sekaligus hak untuk menjalani hidup dengan layak, dan bahwa pembiayaan mikro
bisa turut melejitkan potensi itu.
Saya percaya bahwa penghargaan yang Anda berikan pada kami
ini akan mengilhami lebih banyak lagi inisiatif berani di seluruh dunia untuk
membuat gebrakan bersejarah dalam mengakhiri kemiskinan global.
Terima kasih.
(Pidato Muhammad Yunus, Saat Menerima Hadiah NOBEL Perdamaian 2006. Terima kasih kepada R.Kintoko yang telah mengirimkan artikel ini kepada saya. Salam Suksesmulia. Jamil Azzaini)
Terima kasih.
(Pidato Muhammad Yunus, Saat Menerima Hadiah NOBEL Perdamaian 2006. Terima kasih kepada R.Kintoko yang telah mengirimkan artikel ini kepada saya. Salam Suksesmulia. Jamil Azzaini)
Sumber: jamil.niriah.com
No comments:
Post a Comment